Rabu, 20 Juni 2012

AnakOn


Analisis Kontrastif Fi’il Tsulasi Mazid Bi Harfin
Dengan Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia
(Kajian Morfosemantik)
PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat rijit dan komplek, dari karakteristik hurufnya sudah mempunyai simbol, tanda dan arti tersendiri, Contohnya adalah huruf ha’ (ح), dimana ia mengandung arti yang berkonotasi kepada sesuatu yang tajam dan panas, seperti Al-Hummaa (penyakit panas, demam), Al-Haraara (panas), Al-Hurr (yang bebas dan merdeka), dan lain-lain. Dari segi morfologinya, bahasa Arab dapat terbentuk dari hanya tiga huruf namun mempunyai beberapa derivasi yang menunjukkan makna yang berbeda-beda. Contoh seperti kata nashara (menolong), yanshuru (mau menolong), naashirun (penolong), manshurun (obyek yang ditolong), unshur (tolonglah). Dari segi sintaksis, satu kalimah (kata) sudah terdiri dari dua atau tiga struktur, yakni subyek dan predikat,  contoh aqumu (saya berdiri), subyek, predikat dan obyek contoh  dlorobtuhu (saya memukul dia) dan lain-lain. Dan dari segi semantiknya  satu wazan (bentuk kata) dapat mempunyai beberapa makna, contoh wazan fa’ala (bertasdid ain fi’ilnya) mempunyai banyak makna seperti taksir, musyarokah, lisalbi dan lain-lain.
Kekomplekan di atas akan menimbulkan kesulitan dalam pembalajaran maka diperlukan pendekatan, metode khusus serta ditunjang dengan adanya bahan ajar yang dapat memberikan kontribusi terhadap peserta didik. Maka dari itu disini kami ingin mencoba menganalisis kekomplekan di atas dengan menggunakan analisis kontrastif yaitu dengan membandingkan dua bahasa yang tidak serumpun (bahasa ibu dan bahasa kedua), serta mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa tersebut dan meramalkan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh peserta didik dalam pembelajaran. Yang pada akhirnya dari hasil analisis tersebut dapat dirumuskan pendekatan, metode dan dapat menghasilkan rumusan bahan ajar yang berbasis kontrastif. Sehingga dari analisis kontrastif tersebut diharapkan dapat memberikan kemudahan peserta didik dalam belajar bahasa asing.
Adapun kajian yang kami angkat dalam analisis ini adalah morfosemantik yaitu menganalisis semantik yang bersumber dari akar morfologi. Kami membatasi obyek yang kita angkat dari pembahasan morfosemantik tersebut yaitu pada masalah konstruksi tsulasi mazid biharfin dan dampak makna yang ditimbulkan, dan kami coba kami samakan dengan makna afiksasi kata.
PEMBAHASAN
A.     Definisi morfo-semantik
Morfo-semantik adalah dua gabungan sub-disiplin dalam ilmu linguistik dengan menggunakan dasar pijakan proses morfologis yang dilihat dari sisi maknanya. Proses morfologis –baik secara inflektif maupun derivatif- selain mengubah bentuk kata juga akan melahirkan makna. Makna yang dihasilkan dari proses morfologis inilah yang dinamakan dengan morfosemantik[3].
B.     Proses morfemis
Untuk dapat digunakan didalam kalimat atau penuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar harus dibentuk terlebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal baik melalui proses afikasasi, redublikasi, maupun proses komposisi.
a)      Afiksasi, adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar.   Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses afiksasi ini.[4] Secara global proses dirivasi dan inflektif dalam bahasa arab ditinjau dari morfologi terkait proses morfemisnya yang berbentuk afiksasi memiliki enam bentuk:
1)      Prefiks disebut juga awalan. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka kata dasar. Contoh: Bahasa Arab: s-g-l  ‘sibuk’ +  a- = asyghal ‘menyibukkan.’ Bahasa Indonesia: ajar + meng- = mengajar
2)      Sufiks atau akhiran adalah afiks yang diimbuhkan di akhir kata dasar. Contoh: Bahasa Arab: b-sy-r  ‘manuasia’ +  -i - = basyari ‘manusiawi’ Bahasa Indonesia: beli + -kan = belikan
3)      Transfiks, adalah afik yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan kata dasar. Transfiks juga sering disebut dengan istilah modifikasi intrnal yaitu proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur yang (biasanya berupa vokal) kedalam morfem yang berkerangka tetap  (biasanya berupa konsonan), contoh: f-t-h “membuka” menjadi fathan “pembukaan” terdapat pengubahan pada vokal ta’ dan ha’.
4)      Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar. Contoh: q-t-l ‘membunuh’ + a (ا ) menjadi “qaatilun” ‘orang-orang yang membunuh.
5)      Konfiks yaitu Gabungan dari afiks yang tidak bisa dipisah-pisah (menjadi satu kesatuan) dan secara serentak diimbuhkan kepada kata dasar, contoh: kh-r-j “keluar” + prefiks alif, sin dan ta’ menjadi (istakhraja) “meminta keluar”.
6)      Sirkumfiks, Gabungan dari afiks yang bisa dipisah-pisah dan secara serentak diimbuhkan kepada kata dasar, contoh: j-l-s “duduk” +prefiks ya’, sufiks waw, dan nun menjadi yajlisuuna “mereka laki-laki sedang duduk[5]
b)      Redublikasi, adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya redublikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), redublikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan redublikasi dengan perubahan bunyi seperti bolak-balik (dari dasar balik). Disamping itu, dalam bahasa indonesia, Sultan Takdit Alisjahbana mencatat adanya redublikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil redublikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.[6] Redublikasi ini tidak dikenal didalam bahasa arab.
c)      Komposisi, adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Misalnya dalam bahasa indonesia: lalu lintas, rumah sakit. Dalam bahasa arab: akhirulkalam, hajarul aswad. Sedangkan dalam bahasa inggris: greenhouse, blackboard dan lain sebagainya.[7]
C.     Deskripsi Fi’il Tsulasi Mazid bi-Harfin
Fi’il Tsulasi Mazid yaitu fi’il tsulasti yang ditambahi satu huruf, dua huruf atau tiga huruf, dalam istilah shorofnya yaitu, Tsulatsi Mazid bi Harfin, Tsulatsi Mazid bi Harfaini dan Tsulatsi Mazid bi Tsalatsati Harfin. Dalam kesempatan kali ini hanya akan dibahas Fi’il Tsulatsi Mazid bi Harfin.
Fi’il Tsulatsi Mazid bi Harfin ini mempunyai tiga wazan, yaitu:
1)      أَفْعَلَ يُفْعِلُ إِفْعَالاً
2)     فَعَّلَ يُفَعِّلُ تَفْعِيْلاً
3)      فَاعَلَ يُفَاعِلُ مُفَاعَلَةً[8]
Fi’il tsulasi Mujarrod diikutkan pada wazan فعّل  dengan menambahkan alif setelah fa’ fi’il berfaidah  :
1)      Lit-Ta’diyah/memuta’addikan fi’il lazim.
 Contoh:
فَرَّحَ زيد عمرا farroha zaidun ‘amron “zaid menggembirakan ‘amar”.
(bentuk asal fi’il lazim faroha = gembira)
2)      Lit-Taktsir/menunjukkan memperbanyak.
Contoh: قطّع زيد الحبل (qoththo’a zaidun al-habla) “zaid memotong-motong tali”(menjadiakannya banyak potongan. Bentuk asal fi’il qotho’a = memotong 1 potongan)
3)      Lin-nisbah/menisbatkan maf’ul (objek) pada bentuk asal fi’il. Contoh:كفّر زيد عمرا kaffaro zaidun ‘amron “zaid mengkafirkan ‘amar” (menisbatkannya pada bentuk asal fiil kafaro = kafir)
4)      Li Salbi/membuang bentuk asal fi’il dari objeknya (maf’ulnya) Contoh: قشّر زيد الرمان qosysyaro zaidu ar-rummaana “Zaid menguliti buah delima”(yakni membuang kulitnya, bentuk asal fi’il qosyiro = berkulit)
5)      Li Ittikhad Lil-Fi’li Minal-ismi /menjadikan fi’il dari isim.[9]
contoh: خيم القوم khoyyama al-qoumu “kaum itu berkemah” (yakni, mereka mendirikan dan tinggal di kemah, asal bentuknya kalimah isim yaitu khiyaam = kemah)
Fi’il tsulasi Mujarrod diikutkan pada wazan فاعل dengan menambahkan alif setelah fa’ fi’il berfaidah:
1)      Musyarokah (persekutuan) diantara dua orang, artinya perbuatan yang dilakukan oleh orang yang pertama terhadap orang yang kedua, itupun juga dilakukan oleh orang yang kedua  terhadap orang yang pertama sehingga masing-masing dalam pengertiannya jadi fa’il juga menjadi maf’ul. Contoh :  زيد عمراضارب   (zaid berkelahi dengan Amar)
2)      Mengganti wazan فعل   yang berfaidah taksir (memperbanyak) seperti : ضاعف الله  (semoga Allah melipat gandakan) طالع علي الكتاب  ( ali membaca berulang-ulang/ mempelajari kitab itu).
3)      Mengganti wazan أفعل  yang berfaidah ta’diyyah, seperti : عافك الله  (semoga Allah mensehatkan anda) menggunakan artinya أعفاك, ساقط زيد ثوبه  (zaid menjatuhkan bajunya) menggunakan artinya أسقط  karena yang masyhur berfaidah ta’diyyah itu wazan أفعل   seperti halnya yang masyhur berfaidah taksir itu wazan فعٌل  
4)      Mengganti wazan فعل (mengganti fi’il tsulasi mujarrodnya) Seperti سافر زيد  (Zaid telah pergi)
Fi’il tsulasi mujarrod di ikutkan wazan افعل dengan menambahkan hamzah Qotho’ dipermulaannya berfaidah :
1)      Ta’diyyah (menjadikan fa’ilnya fi’il menjadi maf’ul). Apabila sebelumnya tidak punya maf’ul maka ia punya maf’ul satu, seperti : أكرمت زيد  (aku memulyakan Zaid), asalnya كرم زيد (zaid mulya). Apabila sebelumnya maf’ulnya satu maka ia punya maf’ul dua, seperti :البست زيدا جبة  (aku memakaikan jubah pada zaid). Apabila sebelumnya maf’ulnya dua maka ia punya maf’ul tiga. Seperti: اعلمت زيدا عمرا مسافرا  (aku memberitahukan pada zaid, amar orang yang pergi).
2)      Masuknya fi’il pada suatu waktu (sumber fi’il) seperti : امسى المسافر  (musafir itu telah memasuki/berada diwaktu sore) اظلم زيد(Zaid kegelapan).
3)      Menujunya fa’il pada suatu tempat (pokok fi’il sumber) seperti : احجز زيد  (zaid menuju / datang ke Hijaz, عمرو  اعرق (amar menuju/datang menuju Iraq), اجبل زيد ( zaid pergi ke gunung). Fi’il-fi’il itu bersumber dari : جبل, عراق, حجاز.
4)      Adanya pokok atau sumber fi’il itu di fa’il nya seperti :  أثمر المطلح (pohon pisang itu berbuah) sumber fi’il nya.
5)      Melebih-lebihkan makna seperti : أشغلت عمرا (aku sangat menyibukkan Amar).
6)      Adanya sesuatu dalam sifat, maksudnya bahwasannya fa’il nya fi’il mendapati maf’ul nya bersifatan dengan sifat  yang bersumber dari pokok fi’il itu. Seperti :  أعظمتهُ (aku mendapati dia orang yang mulia) أبخلته  (aku mendapati dia orang yang terpuji).
7)      Shoiruroh, maksudnya berubahnya fa’il mempunyai suatu. Seperti :  افقر البلد   (negeri itu menjadi sunyi) أجرب الرجل (laki-laki itu berkudis/memiliki kudis).
8)      Ta’rid, maksudnya fa’il nya fi’il menawarkan supaya maf’ul nya diberi hukum dengan asalnya fi’il itu, seperti :  اباع الثوب(dia menawarkan baju itu untuk dijual) asalnya fi’il  بيع(jual).
9)      Menghilangkan atau meniadakan asal fi’il, seperti : اشفى المريض (orang yang sakit itu hilang kesembuhannya/mendekati saat kematian) اعجمت الكتاب (aku memberi titik dan harakat pada kitab itu/menghilangkan kesamaran) asalnya fi’il عجمة    =samar/tidak jelas.
10)  Hainunah, artinya telah tibanya waktu dimana fa’il nya fi’il itu di perbuat dengan asalnya fi’il itu. Seperti : احصدالزرع(tanaman itu telah tiba waktunya untuk diketam. Asalnya fi’il حصاد (mengetam).[10]
D.   Prediksi kesalahan dan kesulitan dalam pembelajaran Tsulasi Mazid bi-Harfi
Bahasa arab
Bahasa Indonesia
Wazan
Afiksasi
Makna
Contoh
Afiksasi
Reduplikasi
Komposisi
Contoh
فاعل
prefiks zawaid
ta’diyyah (transitif)
ساقط زيد ثوبه


Prefiks me-kan;








zaid menjatuhkan bajunya


Musyarokah (saling)


ضارب  فوجى  مففتوح

صاحف زيد عمرا
Perfiks ber-;


Prefiks ber-;





Jabat + tangan
Puji berkelahi dengan Maftuh

zaid berjabat tangan dengan ‘amar


taksir
ضاعف الله

على جاهد فى الدرس
Prefiks me-kan;


pengulangan
-           
Semoga Allah menggandakan
Ali bersungguh-sungguh dalam belajar
فعّل
prefiks zawaid
Ta’diyah (transitif)
كرم زيد عمرا
Prefiks me-kan;


Zaid memulyakan ‘Amar


taksir
قطّع  زيد الحبل
Prefiks me-;
Pengulangan

Zaid memotong-motong tali


Nisbah
كفر زيد عمرا
Prefiks me-kan;


zaid  mengkafirkan umar
افعل
Perfiks zawaid
Ta’diyah (transitif)
أكرمتُ زيدا
Prefiks me-kan;


aku memulyakan Zaid


Adanya sumber fi’il di fa’ilnya
أورق الشجر
Prefiks ber-;


Pohon itu berdaun


Melebih-lebihkan makna
أشغلت عمرا
Prefiks me-kan;


aku sangat menyibukkan Amar


Shoiruroh (berubahnya fa’il mempunyai sesuatu)
أجرب الرجل
Prefiks ber-;


laki-laki itu berkudis (memiliki kudis).


Ta’rid
اباع الثوب
Prefiks me-kan;


dia menawarkan baju itu untuk dijual


hainunah
احصدالزرع
Prefiks Di-;


tanaman itu telah tiba waktunya untuk diketam

Makna afiksasi Ber-; Di-; Me-; dab Me-kan;
Afiksasi
Makna
Contoh
Ber-;
Memiliki
Berkudis

Memakai
Bersepatu

Mengendarai
Bersepeda

Mengandung
Bergizi

Menghasilkan
Bertelur

Mengerjakan
Berkebun

Menyebut
Berkakak

Melakukan
Berdarmawisata

Merasakan
Bergembira

kelompok
Berlima
Di-
Dikenai pekerjaan
Dibangun
Me-kan
Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya
Mengalahkan

Melakukan sesuatu untuk orang lain
Membukakan

Menjadikan berada di..
Meminggirkan

Melakukan yang disebut kata dasar
Mengharapkan
Me-
Melakukan ....
Menendang

Bekerja dengan alat
Mengail

Membuat barang
Menggambar

Bekerja dengan bahan
Mengapur

Memakan, meminum, menghisap
Menyirih

Menuju arah
Melaut

Mengeluarkan
Mengeong

Menjadi lebih
Memperburuk

Berlaku seperti
Mematung

Memperingati
Menyeratus

Menganggap
Memperbudak[11]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar