Analisis
Kontrastif Fi’il Tsulasi Mazid Bi Harfin
Dengan
Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
Bahasa
Arab merupakan bahasa yang sangat rijit dan komplek, dari karakteristik
hurufnya sudah mempunyai simbol, tanda dan arti tersendiri, Contohnya adalah huruf ha’ (ح), dimana ia mengandung arti yang
berkonotasi kepada sesuatu yang tajam dan panas, seperti Al-Hummaa
(penyakit panas, demam), Al-Haraara (panas), Al-Hurr (yang bebas
dan merdeka), dan lain-lain. Dari segi morfologinya, bahasa Arab dapat
terbentuk dari hanya tiga huruf namun mempunyai beberapa derivasi yang
menunjukkan makna yang berbeda-beda. Contoh seperti kata nashara
(menolong), yanshuru (mau menolong), naashirun (penolong),
manshurun (obyek yang ditolong), unshur (tolonglah). Dari segi
sintaksis, satu kalimah (kata) sudah terdiri dari dua atau tiga
struktur, yakni subyek dan predikat,
contoh aqumu (saya berdiri), subyek, predikat dan obyek
contoh dlorobtuhu (saya memukul
dia) dan lain-lain. Dan dari segi semantiknya
satu wazan (bentuk kata) dapat mempunyai beberapa makna, contoh wazan
fa’ala (bertasdid ain fi’ilnya) mempunyai banyak makna seperti taksir,
musyarokah, lisalbi dan lain-lain.
Kekomplekan di atas akan menimbulkan kesulitan dalam
pembalajaran maka diperlukan pendekatan, metode khusus serta ditunjang dengan
adanya bahan ajar yang dapat memberikan kontribusi terhadap peserta didik. Maka
dari itu disini kami ingin mencoba menganalisis kekomplekan di atas dengan
menggunakan analisis kontrastif yaitu dengan membandingkan dua bahasa yang
tidak serumpun (bahasa ibu dan bahasa kedua), serta mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa tersebut dan meramalkan
kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh peserta didik dalam pembelajaran.
Yang pada akhirnya dari hasil analisis tersebut dapat dirumuskan pendekatan,
metode dan dapat menghasilkan rumusan bahan ajar yang berbasis kontrastif.
Sehingga dari analisis kontrastif tersebut diharapkan dapat memberikan
kemudahan peserta didik dalam belajar bahasa asing.
Adapun kajian yang kami angkat dalam analisis ini
adalah morfosemantik yaitu menganalisis semantik yang bersumber dari akar
morfologi. Kami membatasi obyek yang kita angkat dari pembahasan morfosemantik
tersebut yaitu pada masalah konstruksi tsulasi mazid biharfin dan dampak
makna yang ditimbulkan, dan kami coba kami samakan dengan makna afiksasi kata.
PEMBAHASAN
A.
Definisi morfo-semantik
Morfo-semantik adalah
dua gabungan sub-disiplin dalam ilmu linguistik dengan menggunakan dasar
pijakan proses morfologis yang dilihat dari sisi maknanya. Proses morfologis
–baik secara inflektif maupun derivatif- selain mengubah bentuk kata juga akan
melahirkan makna. Makna yang dihasilkan dari proses morfologis inilah yang
dinamakan dengan morfosemantik[3].
B.
Proses
morfemis
Untuk dapat digunakan didalam kalimat atau
penuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar harus dibentuk terlebih dahulu
menjadi sebuah kata gramatikal baik melalui proses afikasasi, redublikasi,
maupun proses komposisi.
a)
Afiksasi, adalah proses
pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1)
bentuk dasar, (2) afiks, (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini
bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif. Namun proses ini tidak
berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa yang tidak mengenal proses
afiksasi ini.[4] Secara
global proses dirivasi dan inflektif dalam bahasa arab ditinjau dari morfologi
terkait proses morfemisnya yang berbentuk afiksasi memiliki enam bentuk:
1)
Prefiks disebut juga awalan.
Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka kata dasar. Contoh: Bahasa
Arab: s-g-l ‘sibuk’ + a- = asyghal ‘menyibukkan.’ Bahasa
Indonesia: ajar + meng- = mengajar
2)
Sufiks atau akhiran adalah
afiks yang diimbuhkan di akhir kata dasar. Contoh: Bahasa Arab: b-sy-r ‘manuasia’ +
-i - = basyari ‘manusiawi’ Bahasa Indonesia: beli + -kan =
belikan
3)
Transfiks, adalah afik yang
berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan kata dasar. Transfiks
juga sering disebut dengan istilah modifikasi intrnal yaitu proses pembentukan
kata dengan penambahan unsur-unsur yang (biasanya berupa vokal) kedalam morfem
yang berkerangka tetap (biasanya berupa
konsonan), contoh: f-t-h “membuka” menjadi fathan “pembukaan”
terdapat pengubahan pada vokal ta’ dan ha’.
4)
Infiks atau sisipan adalah
afiks yang diselipkan di tengah kata dasar. Contoh: q-t-l ‘membunuh’ + a
(ا ) menjadi “qaatilun” ‘orang-orang yang membunuh.
5)
Konfiks yaitu Gabungan dari
afiks yang tidak bisa dipisah-pisah (menjadi satu kesatuan) dan secara serentak
diimbuhkan kepada kata dasar, contoh: kh-r-j “keluar” + prefiks alif,
sin dan ta’ menjadi (istakhraja) “meminta keluar”.
6)
Sirkumfiks, Gabungan
dari afiks yang bisa dipisah-pisah dan secara serentak diimbuhkan kepada kata
dasar, contoh: j-l-s “duduk” +prefiks ya’, sufiks waw, dan
nun menjadi yajlisuuna “mereka laki-laki sedang duduk[5]
b)
Redublikasi, adalah
proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara
sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim
dibedakan adanya redublikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja),
redublikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan redublikasi dengan
perubahan bunyi seperti bolak-balik (dari dasar balik). Disamping itu, dalam
bahasa indonesia, Sultan Takdit Alisjahbana mencatat adanya redublikasi semu,
seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil
redublikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.[6] Redublikasi
ini tidak dikenal didalam bahasa arab.
c)
Komposisi, adalah hasil
dan proses penggabungan morfem dasar dan morfem dasar, baik yang bebas maupun
yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda atau yang baru. Misalnya dalam bahasa indonesia: lalu
lintas, rumah sakit. Dalam bahasa arab: akhirulkalam, hajarul aswad.
Sedangkan dalam bahasa inggris: greenhouse, blackboard dan lain
sebagainya.[7]
C.
Deskripsi Fi’il Tsulasi Mazid bi-Harfin
Fi’il
Tsulasi Mazid yaitu fi’il
tsulasti yang ditambahi satu huruf, dua huruf atau tiga huruf, dalam
istilah shorofnya yaitu, Tsulatsi Mazid bi Harfin, Tsulatsi Mazid bi
Harfaini dan Tsulatsi Mazid bi Tsalatsati Harfin. Dalam kesempatan kali ini
hanya akan dibahas Fi’il Tsulatsi Mazid bi Harfin.
Fi’il
Tsulatsi Mazid bi Harfin ini
mempunyai tiga wazan, yaitu:
1) أَفْعَلَ يُفْعِلُ إِفْعَالاً
2)
فَعَّلَ يُفَعِّلُ
تَفْعِيْلاً
Fi’il
tsulasi Mujarrod
diikutkan pada wazan فعّل dengan menambahkan alif setelah fa’
fi’il berfaidah :
1)
Lit-Ta’diyah/memuta’addikan
fi’il lazim.
Contoh:
فَرَّحَ زيد عمرا farroha zaidun ‘amron “zaid menggembirakan ‘amar”.
(bentuk asal fi’il lazim faroha = gembira)
فَرَّحَ زيد عمرا farroha zaidun ‘amron “zaid menggembirakan ‘amar”.
(bentuk asal fi’il lazim faroha = gembira)
2)
Lit-Taktsir/menunjukkan
memperbanyak.
Contoh: قطّع زيد الحبل (qoththo’a
zaidun al-habla) “zaid memotong-motong tali”(menjadiakannya
banyak potongan. Bentuk asal fi’il qotho’a = memotong 1 potongan)
3)
Lin-nisbah/menisbatkan
maf’ul (objek) pada bentuk asal fi’il. Contoh:كفّر زيد عمرا kaffaro
zaidun ‘amron “zaid mengkafirkan ‘amar” (menisbatkannya pada
bentuk asal fiil kafaro = kafir)
4)
Li Salbi/membuang
bentuk asal fi’il dari objeknya (maf’ulnya) Contoh: قشّر زيد الرمان qosysyaro zaidu ar-rummaana “Zaid menguliti buah delima”(yakni
membuang kulitnya, bentuk asal fi’il qosyiro = berkulit)
contoh: خيم القوم khoyyama
al-qoumu “kaum itu berkemah” (yakni, mereka mendirikan dan tinggal
di kemah, asal bentuknya kalimah isim yaitu khiyaam = kemah)
Fi’il
tsulasi Mujarrod
diikutkan pada wazan فاعل dengan
menambahkan alif setelah fa’ fi’il berfaidah:
1)
Musyarokah
(persekutuan) diantara dua orang, artinya perbuatan yang dilakukan oleh orang
yang pertama terhadap orang yang kedua, itupun juga dilakukan oleh orang yang
kedua terhadap orang yang pertama
sehingga masing-masing dalam pengertiannya jadi fa’il juga menjadi maf’ul. Contoh
: زيد عمراضارب (zaid
berkelahi dengan Amar)
2)
Mengganti wazan فعل yang berfaidah taksir (memperbanyak) seperti :
ضاعف الله (semoga Allah melipat gandakan) طالع علي الكتاب ( ali membaca berulang-ulang/
mempelajari kitab itu).
3)
Mengganti wazan أفعل yang berfaidah ta’diyyah, seperti :
عافك
الله (semoga Allah mensehatkan anda) menggunakan artinya أعفاك,
ساقط
زيد ثوبه
(zaid menjatuhkan bajunya) menggunakan artinya
أسقط karena yang masyhur berfaidah ta’diyyah itu
wazan أفعل seperti halnya yang masyhur berfaidah taksir
itu wazan فعٌل
4)
Mengganti wazan فعل (mengganti fi’il
tsulasi mujarrodnya) Seperti سافر زيد (Zaid telah pergi)
Fi’il tsulasi mujarrod di ikutkan
wazan افعل dengan
menambahkan hamzah Qotho’ dipermulaannya berfaidah :
1)
Ta’diyyah
(menjadikan fa’ilnya fi’il menjadi maf’ul). Apabila sebelumnya tidak punya
maf’ul maka ia punya maf’ul satu, seperti : أكرمت زيد (aku memulyakan Zaid), asalnya كرم زيد (zaid mulya).
Apabila sebelumnya maf’ulnya satu maka ia punya maf’ul dua, seperti :البست زيدا جبة (aku memakaikan jubah pada zaid). Apabila
sebelumnya maf’ulnya dua maka ia punya maf’ul tiga. Seperti: اعلمت زيدا عمرا مسافرا (aku memberitahukan pada zaid, amar orang yang
pergi).
2)
Masuknya fi’il pada suatu waktu (sumber fi’il) seperti : امسى المسافر (musafir itu telah memasuki/berada diwaktu sore) اظلم زيد(Zaid
kegelapan).
3)
Menujunya fa’il pada suatu tempat
(pokok fi’il
sumber) seperti
: احجز زيد (zaid menuju / datang ke Hijaz, عمرو
اعرق (amar menuju/datang menuju Iraq),
اجبل زيد
( zaid pergi ke gunung). Fi’il-fi’il itu bersumber dari : جبل, عراق, حجاز.
4)
Adanya pokok atau sumber fi’il itu
di fa’il nya seperti : أثمر المطلح (pohon
pisang itu berbuah) sumber fi’il nya.
5)
Melebih-lebihkan makna seperti :
أشغلت عمرا (aku sangat
menyibukkan Amar).
6)
Adanya sesuatu dalam sifat, maksudnya bahwasannya fa’il nya
fi’il mendapati maf’ul nya bersifatan dengan sifat yang bersumber dari pokok fi’il itu. Seperti
: أعظمتهُ (aku mendapati
dia orang yang mulia)
أبخلته (aku mendapati dia
orang yang terpuji).
7)
Shoiruroh,
maksudnya berubahnya fa’il mempunyai suatu. Seperti : افقر البلد (negeri
itu menjadi sunyi) أجرب الرجل (laki-laki itu
berkudis/memiliki kudis).
8)
Ta’rid,
maksudnya fa’il nya fi’il menawarkan supaya maf’ul nya diberi hukum dengan
asalnya fi’il itu, seperti : اباع الثوب(dia menawarkan
baju itu untuk dijual) asalnya fi’il بيع(jual).
9)
Menghilangkan atau meniadakan asal fi’il, seperti : اشفى المريض
(orang yang sakit itu hilang kesembuhannya/mendekati saat
kematian) اعجمت الكتاب (aku memberi titik
dan harakat pada kitab itu/menghilangkan kesamaran) asalnya fi’il عجمة =samar/tidak
jelas.
10) Hainunah, artinya telah tibanya waktu dimana
fa’il nya fi’il itu di perbuat dengan asalnya fi’il itu. Seperti : احصدالزرع(tanaman itu telah
tiba waktunya untuk diketam. Asalnya fi’il
حصاد (mengetam).[10]
D.
Prediksi kesalahan dan kesulitan dalam pembelajaran Tsulasi
Mazid bi-Harfi
Bahasa arab
|
Bahasa Indonesia
|
||||||
Wazan
|
Afiksasi
|
Makna
|
Contoh
|
Afiksasi
|
Reduplikasi
|
Komposisi
|
Contoh
|
فاعل
|
prefiks zawaid
|
ta’diyyah (transitif)
|
ساقط زيد ثوبه
|
Prefiks me-kan;
|
|
|
zaid menjatuhkan bajunya
|
|
|
Musyarokah (saling)
|
ضارب فوجى مففتوح
صاحف زيد عمرا
|
Perfiks ber-;
Prefiks ber-;
|
|
Jabat + tangan
|
Puji berkelahi dengan Maftuh
zaid berjabat tangan dengan ‘amar
|
|
|
taksir
|
ضاعف الله
على جاهد فى الدرس
|
Prefiks me-kan;
|
pengulangan
|
-
|
Semoga Allah menggandakan
Ali bersungguh-sungguh dalam belajar
|
فعّل
|
prefiks zawaid
|
Ta’diyah (transitif)
|
كرم زيد عمرا
|
Prefiks me-kan;
|
|
|
Zaid memulyakan ‘Amar
|
|
|
taksir
|
قطّع زيد الحبل
|
Prefiks me-;
|
Pengulangan
|
|
Zaid memotong-motong tali
|
|
|
Nisbah
|
كفر زيد عمرا
|
Prefiks me-kan;
|
|
|
zaid
mengkafirkan umar
|
افعل
|
Perfiks zawaid
|
Ta’diyah (transitif)
|
أكرمتُ
زيدا
|
Prefiks me-kan;
|
|
|
aku memulyakan Zaid
|
|
|
Adanya sumber fi’il di fa’ilnya
|
أورق الشجر
|
Prefiks ber-;
|
|
|
Pohon itu berdaun
|
|
|
Melebih-lebihkan makna
|
أشغلت عمرا
|
Prefiks
me-kan;
|
|
|
aku sangat menyibukkan Amar
|
|
|
Shoiruroh (berubahnya fa’il mempunyai
sesuatu)
|
أجرب الرجل
|
Prefiks
ber-;
|
|
|
laki-laki
itu berkudis (memiliki kudis).
|
|
|
Ta’rid
|
اباع الثوب
|
Prefiks
me-kan;
|
|
|
dia menawarkan baju itu untuk dijual
|
|
|
hainunah
|
احصدالزرع
|
Prefiks
Di-;
|
|
|
tanaman
itu telah tiba waktunya untuk diketam
|
Makna afiksasi Ber-; Di-; Me-; dab
Me-kan;
Afiksasi
|
Makna
|
Contoh
|
Ber-;
|
Memiliki
|
Berkudis
|
|
Memakai
|
Bersepatu
|
|
Mengendarai
|
Bersepeda
|
|
Mengandung
|
Bergizi
|
|
Menghasilkan
|
Bertelur
|
|
Mengerjakan
|
Berkebun
|
|
Menyebut
|
Berkakak
|
|
Melakukan
|
Berdarmawisata
|
|
Merasakan
|
Bergembira
|
|
kelompok
|
Berlima
|
Di-
|
Dikenai pekerjaan
|
Dibangun
|
Me-kan
|
Menyebabkan jadi yang
disebut kata dasarnya
|
Mengalahkan
|
|
Melakukan sesuatu untuk
orang lain
|
Membukakan
|
|
Menjadikan berada di..
|
Meminggirkan
|
|
Melakukan yang disebut kata
dasar
|
Mengharapkan
|
Me-
|
Melakukan ....
|
Menendang
|
|
Bekerja dengan alat
|
Mengail
|
|
Membuat barang
|
Menggambar
|
|
Bekerja dengan bahan
|
Mengapur
|
|
Memakan, meminum, menghisap
|
Menyirih
|
|
Menuju arah
|
Melaut
|
|
Mengeluarkan
|
Mengeong
|
|
Menjadi lebih
|
Memperburuk
|
|
Berlaku seperti
|
Mematung
|
|
Memperingati
|
Menyeratus
|
|
Menganggap
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar