Oleh; M.
Zainury dan Siti Maesaroh[2]
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sedangkan belajar
dilakukan oleh siswa. Corey menjelaskan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu
proses tempat lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam perilaku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan
respons terhadap situasi tertentu. Untuk mencapai kondisi
tersebut dibutuhkan strategi pembelajaran. Strategi digunakan
untuk
memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan macam dan
urutan perbuatan yang dipergunakan dan atau dipercayakan guru-siswa
di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Urutan perbuatan guru-siswa
dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu dinamakan prosedur
instruksional. Implementasi dari strategi tersebut dibutuhkan urutan cara atau
disebut metode pembelajaran.
Dan dalam makalah ini kami ingin lebih
dalam membahas tentang konsepsi instruksional, yang mana kami membatasi
permasalahan pada: Konsepsi dasar system instruksional yang meliputi Pengertian
system instruksional, tujuan, dan model system instruksional, kemudian
Model-model pengembangan instruksional yang juga membahas konsep intruksional
pada zaman sofi dan Abelard, serta hakikat dan komunikasi dalam pembelajaran.
Pembahasan
Ø Pengertian Sistem Intruksional
System
instruksional dibentuk oleh dua konsep: “system” dan instruction”.”system” yang
untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi “system” oleh Wong dan Raulerson yang
diartikan sebagai suatu perangkat dari
bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk
hubungan saling mempengaruhi. Contohnya: system perencanaan, system tata surya.
Sedangkan “ instruction” yang diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau
pengajaran” dan bahan instruksi” dalam arti pemerintah, oleh Saylor dan
Alexandar diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation)
atau diartikan lebih khusus yaitu proses belajar mengajar, proses pengajaran
ataupun proses pembelajaran. Dalam system intruksional memiliki ciri khas yaitu
adanya tujuan. Karena hal ini
merupakan cirri utama dari proses pendidikan. Disamping itu ada dua unsur lainnya yakni komponen dan proses. Antara
tujuan, komponen, dan proses terdapat hubungan yang saling menentukan. [3]
Istilah
pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan
logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran agar mendapatkan pemecahan
yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanakan.pengajaran adalah suatu
kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud
agar dia dapat bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu. Pengajaran
merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kegiatan mengajar. Termasuk di
dalamnya adalah menyiapkan pengalaman yang siap di pakai, mengerjakan tugas-tugas
administrasi, mengadakan pendekatan terhadap siswa dan sebagainya.
Metode secara harfiah berarti “cara”.
Secara umum, metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh
fasilitator dalam interaksi belajar-mengajar dengan memperhatikan
keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan. Metode digunakan oleh guru
untuk menciptakan lingkungan belajar dan mengkhususkan aktifitas tempat guru
dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.
Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
guru sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Corey menjelaskan bahwa konsep
pembelajaran adalah suatu proses tempat lingkungan seseorang secara sengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam perilaku tertentu dalam kondisi
khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Untuk mencapai kondisi
tersebut dibutuhkan strategi pembelajaran. Strategi digunakan untuk memperoleh
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan macam dan
urutan perbuatan yang dipergunakan dan atau dipercayakan guru-siswa
di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru
dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan
teknik bagi setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru
yang satu dengan yang lainnya. Semua rangkaian tersebut dikelola dalam suatu
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses fisik dan mental melalui interaksi antar siswa,
siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapain
kompetensi. Kegiatan pembelajaran dapat terwujud melalui metode
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa. Kegiatan pembelajaran memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa.[4]
Pengajaran
berkaitan erat dengan belajar, namun tak persis sama. Belajar merupakan suatu
hidup yang berlangsung sepanjang kehidupan makhluk hidup. Pengajaran hanya
berlangsung manakala usaha tertentu telah dibuat untuk mengubah suatu keadaan sedemikian
rupa, sehingga suatu hasil belajar tertentu dapat dicapai. [5]
Ø
Tujuan Sistem Intruksional
Tujuan
intruksional merupakan rumusan yang jelas yang memuat pernyataan tentang
kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program
pengajaran tertentu. Tujuan intruksional ini merupakan penjabaran dari tujuan
kurikuler.tujuan intruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan intruksional
umum, dan tujuan intruksional khusus. Menurut Gronlund, tujuan intruksional
umum adalah hasil belajar yang diharapkan, yang dinyatakan secara umum dan
berpedomann pada tingkah laku dalam kelas. Diantara kegunaannya adalah
memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dan
memberikan kepastian yang diharapkan dari peserta didik. Sedangkan tujuan
intruksional khusus adalah hasil belajar yang diharapkan dan yang dinyatakan
dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Hendaknya ini mencakup unsur
sebagai berikut:
a)
Performance, maksudnya berisi pernyataan tentang apa yang diharapkan dapat
dilakukan oleh peserta didik.
b)
Condition, maksudnya menjelaskan kondisi yang penting disana atau dalam
keadaan performance itu terjadi.
c)
Criterion, maksudnya menjelaskan kriteria performance yang diharapkan
dengan menjelaskan bagaimana kriteria dari suatu performance yang dapat
diterima.[6]
Ø Model-model pengembangan Intruksional
Dewasa ini ada beberapa model
pengembangan instruksional, misalnya model PPSI, model Briggs, model Kemp,
model Gerlach dan Ely, model Bela H. Banathy, dan model ID, dan setiap model
memiliki kelebihan dan kekurangan. Lebih lanjutnya sebagai berikut:[7]
- Model PPSI (prosedur pengembangan sistem intruksional), yaitu model pendekatan
sistem dimana pengajaran mencakup suatu kesatuan yang teroganisasi. Serta
memiliki lima langkah pokok yaitu:
a.
Merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK) adalah rumusan yang jelas
tentang kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah selesai
mengikuti program pengajaran tertentu.
b.
Mengembangkan alat evaluasi.
c.
Menetapkan kegiatan belajar dari materi pelajaran
d.
Merencanakan program kegiatan
e.
Melaksanakan program
2.
Model J.E. Kemp
Menurut Kemp pengembangan intruksional ini terdiri dari delapan
langkah:
a.
Menentukan tujuan intruksional umum
b.
Menganalisis karakteristik peserta didik
c.
Menentukan tujuan intruksional khusus
d.
Menentukan materi pengajaran
e.
Menentukan penjajakan awal
f.
Menentukan strategi belajar mengajar
g.
Mengkordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat, waktu
dan tenaga
h.
Mengadakan evaluasi.
- Model Briggs
Pengembangan model ini berorientasi pada rancangan sistem
dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan intruksional.
Ada 10 langkah dalam model ini, yaitu:
a.
Identifikasi penentuan tujuan
b.
Penyusunan garis besar kurikulum
c.
Rumusan tujuan
d.
Analisis tugas atau tujuan
e.
Penyiapan evaluasi hasil belajar
f.
Menentukan jenjang belajar
g.
Penentuan kegiatan belajar
h.
Pemantaun bersama
i.
Evaluasi formatif
j.
Evaluasi sumatif
- Model Gerlach dan Ely
Model ini dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar.
Menurut Gerlach dan Ely
Langkah-langkah dalam pengembangan intruksional terdiri
dari:
a.
Merumuskan tujuan intruksional
b.
Menentukan isi materi pengajaran
c.
Menentukan kemampuan awal peserta didik
d.
Menentukan teknik dan strategi
e.
Pengelompokan belajar
f.
Menentukan pembagian waktu
g.
Menentukan ruang
h.
Memilih media intruksional yang sesuai
i.
Mengevaluasi hasil belajar
j.
Menganalisis umpan balik
- Model Bela H. Banathy
Menurut Banathy, secara garis besar pengembangan
intruksional meliputi enam langkah pokok:
a.
Merumuskan tujuan
b.
Mengembangkan tes
c.
Menganalisis kegiatan belajar
d.
Mendesain sistem intruksional
e.
Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
f.
Mengadakan perbaikan[8]
Dan disini
kami juga akan menjelaskan mengenai sejarah perkembangan Instruksional ,
menyangkut perkembangan Teknologi Instruksional, terdapat beberapa pendapat
mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalam beberapa periode, di
antaranya :
a.Periode 1932 – 1959[9]
Brown (1984) membahas
penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi
instruksional. Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang
teknologi instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan
teknologi rekayasa, Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu
pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material
(audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor
atau gambar hidup). Cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media
sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan untuk lebih memperhatikan
alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materipelajaran.
b. Periode
1960 – 1969.
Beberapa kejadian
memberikan masukan terhadap pergeseran teoritis secara besar besaran berkenan
dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama
peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat
dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengajarkan
science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di
alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua konstruksi
teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi
instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme
terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem
sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini
akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran
Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral,
karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah
proses pembelajaran.
c.
Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun
1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Menurut Wittrock penekatan
kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih
produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu
proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingkungan
, orang atau faktor eksternal lainnya.
d.
Periode 1983
–muthakir.[10]
Pada masa ini
berlangsung kekacau balauan akibat pertengkaran dari landasan teoritik dan
teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada
para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu
sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon
tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari
kendaraan yang mengangkut para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi
sumbangan terhadap pemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :
Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :
A.
Metode Kaum Sofi.[11]
Perkembangan dari
berbagai metode pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang
dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di
Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum
teknologi pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan
berbagai cara dan teknik . mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang
telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan
yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar
itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan
dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor. Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas:
1.
Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan
teratur tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui
teknologilah permbeelajaran dapat diarahkan secara efektif.
2.
Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspk-aspek moral dan
hukum.
3. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
3. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
B.
Metode Socrates
Bentuk
pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metodenya disebut dengan Maieutik
atau menguraikan, yang sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri.
Pelaksanaannya berlangung dengan cara take and give of conversation yaitu dengan
cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada
dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk
tetap dari sesuatu.[12]
Sehingga pada metode ini bentuk pengembangannya adalah dengan memunculkan
beberapa pertanyaan yang lazim yakni dengan pertanyaan awal Apa itu ? Metode
ini di latar belakangi dengan adanya sebuah pertanyaan untuk mencari sebuah
pengertian yang tepat. karena berkaitan dengan ajuan pertanyaan maka metode
socrates ini di anggap sebagai pelopor dialektika pengetahuan.[13]
C.
Metode Abelard.
Metode Abelard ini
berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metode yang di pakai
bertujuan untuk membentuk kelempok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru
tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulkan jawaban
itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau
tidak,
[14] karena
prosedur yang di pakai adalah dengan memakai beberapa tahapan. Pertama,di
ajukan beberapa jenis pertanyaan yang bertentangan, di baca, dipelajari dalam
konteks materi pelajaran yang bertujuan untuk melihat masihkah ada pertentangan
atau tidak. Jika di dapati masih ada kesalahan maka di perbaiki untuk
selanjutnya di perlukan ketrampilan di bidang gramatika, ethimologi, dan
linguistik. Kemudian di buatlah keputusan-keputusan mengenai makna dari
pernyataan-pernyataan tersebut.
Pada
proses ini peran guru dilibatkan sampai kegiatan ini dipastikan mendekati
kesimpulan akhir. Setelah itu kemudian di akhiri dengan penyelidikan (inquiry)
yang berkaitan dengan kecenderungan kearah penulisan pernyataan-pernyataan
tersebut. Apabila masih terdapat kontradiksi, para siswa dapat membuat
kesimpulan- kesimpulan yang dipilihnya. [15]
d.
Metode Johann Amos Comenius.
Metode
ini muncul di karenakan ia merasakan betapa jeleknya para guru dalam memberikan
pengajaran bahasa latin di sekolahnya (Prerau) dulu. Sehingga kemudian setelah
ia berhasil lulus ia menerbitkan beberapa buku seperti; Didactica, magna, Janua
Linguarum Reserata, dll yang di dalamnya berisikan tentang metode pengajaran
yang di dasarkan pada patokan Makrokosmos yang selalu berjalan sesuai dengan
aturan-aturan yang sistematis maka disini manusia (mikrokosmos)harus
menyesuaikan diri dengan desaign makrokosmos itu. Pada metode ini model
penyampaiannya dengan tekhnik induktif yang ia ambil dari Bacon yakni dengan
dimulai dari peristiwa nyata, kemudian meningkat ke umum, kesimpulan atau dalil
yang abstrak. Dengan metode itulah yang kemudian menghantarkan Comenius menjadi
pelopor dasar-dasar didaktik sebagai ilmu pengetahuan yang tetap berlaku
sepanjang zaman.
e.
Metode Joseph Lancaster
Metode
yang dipakai oleh Lancaster
ini dengan menggunakan metode monitorial yaitu dengan sistem pengorganisasian
kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencana yang meningkat,dan di kelola
secara ekonomis. Untuk itu ia menggunakan berbagai media pengajaran. Selain itu
sistemnya dikenal dengan sistem pengajaran ekonomis karena menurutnya 1 guru
berbanding dengan 284 higga 500 siswa. Di dalam sistem persekolahannya
dipergunakan suatu metode yang sudah dirinci secara sistematis kedalam 6 bidang
;
1.Pengajaran
berlangsung dalam bentuk kegiatan monitor dan latihan.
2.Pengajaran
berlangsung diman para siswa mempelajari kerangka isi pelajaran.
3.Siswa
melakukan kegiatan atau latihan
4. Guru-guru
melakukan pengontrolan pengajaran
5. Siswa
dikelompokkan
6.Ujian dan
pengadministrasian para siswa.[16]
f.
Metode Johann Heinrich Pestalozzi
Metode
ini di dasarkan beberapa landasan ; pertama, pada pengamatan. Menurut metode
ini dengan pengamatan akan menimbulkan pengertian, dan pengertian yang baru itu
akan bergabung dengan pengertian yang lama sehingga kemudian memunculkan
pengetahuan baru. Akan tetapi pengamatan itu harus disertai dengan kegiatan
jiwa dan pribadi yang aktif sehingga dapat mengolah hasil pengamatan menjadi
suatu pengetahuan. Kedua, kegiatan anak secara aktif harus mampu menolong atau
mendidik dirinya. Ketiga, anak haus berkembang sesuai dengan kodratnya secara
teratur, maju berkembang tahap demi tahap. Pestalozzi merupakan pelopor di
dalam mengembangkan sistem pengajaran yang komprehensip dan berasaskan teori-
teori pendidikan. Peztalozzi juga menciptakan beberapa alat peraga seperti
papan aritmathika yang berupa kotak-kotak, sylabories untuk melatih para siswa
dalam mempelajari angka.
g.
Metode Friedrich W. Frobel
Metode
ini oleh Friedrich W. Frobel di tulis dalam karyanya yang berjudul Kindergarten
dan Mutter Und Koselieder. Di dalamnya memuat teori rekapitulasi dimana
masa-masa kebudayaan hidup kembali pada diri setiap anak pada masa transisinya
semenjak bayi hingga dewasa. Dan berdasarkan teori itulah sejarah kesusasteraan
dan kebudayaan dapat di selidikidan di manfaatkan sebagai sumber materi
pelajaran. Sedangkan metode pengajaranya meliputi:
a.Bermain dan
Bernyanyi untuk menanamkan jiwa sosialis
b.Membentuk
dengan melakukan kegiatan menggunting kertas, menggambar, membuat model, dsb
c.Gift
and Accupation yang merupakan serangkaian materi pengajaran dalam dua macam
bentuk, yaitu dengan memberikan gagasan (gift) kepada anak-anak dan memberikan
kegiatan (Accupation).[17]
h. Metode Johann Friederich Herbart
h. Metode Johann Friederich Herbart
Praktek
pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek
pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya
didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara
pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.[18]
Ø
Komunikasi
dalam Pembelajaran
Proses belajar
mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian
pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan.[19]
Komunikasi berasal dari kata latin “communicare” yang berarti berpartisipasi
atau memberitahukan Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari satu
pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi adalah proses merubah
perilaku orang lain. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi
yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya
komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari
pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap
berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen
sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. [20]
Setidaknya
terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif dalam pembelajaran, yaitu :
a.
Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas,
sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b.
Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini
menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang
disampaikan.
c.
Konteks
Konteks atau sering disebut dengan
situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus
sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d.
Alur
Bahasa dan informasi yang akan
disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak
yang menerima informasi cepat tanggap
e.
Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut
bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya
dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak
berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak
menimbulkan kesalahan persepsi. [21]
Kesimpulan
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan
yang positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen
instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan
yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan
belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif
bagi proses pembelajaran.
Dengan demikian komunikasi
yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan
mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur
pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan
memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media,
serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Daftar
Pustaka
ü Arif S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, pengembangan
dan Pemanfaatannya,( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009.
ü Endang Lestari G, dan Maliki, Komunikasi yang Efektif, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003
ü Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
ü http://hanif.student.umm.ac.id/sejarah-perkembangan-teknologi-pendidikan/,dibrowsing
pada tgl 9 April 2011.
ü Sutirman, Komuniksi Efektif Dalam
Pembelajaran dalam http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/,
tgl 8 april 2011.
ü http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011
[1] Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah perencanaan pengajaran yang di ampu
oleh: Inayatul Ulya M.s
[4] http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011)
[6] Ibid, 86-88
[7] Ibid, 74-79
[8] Ibid, 80-85
[12] http://hanif.student.umm.ac.id/sejarah-perkembangan-teknologi-pendidikan/(dibrowsing
pada tgl 9 April 2011)
[13] http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011
[15] http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011
[16] http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011)
[17] http://alisadad.wordpress.com/2010/05/15/teknologi-pengajara/
(dibrowsing pada tanggal 6 april2011)
[19] Arif S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, pengembangan
dan Pemanfaatannya, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), hlm 11.
[20] Sutirman, Komuniksi Efektif Dalam
Pembelajaran dalam http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/,
(dibrowsing pada tgl 8april 2011).
[21] Lestari
G, Endang dan Maliki, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003), hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar