Rabu, 20 Juni 2012

evaluasi pendidikan


“Prinsip-prinsip dan teknik-tehnik evaluasi hasil belajar”
Oleh: Zakiyatul Fu’adah dan Siti Maesaroh
Pendahuluan
            Pengajaran yang efektif menghendaki dipergunakannya alat-alat untuk menentukan apakah suatu hasil belajar yang diinginkan telah benar-benar tercapai, atau sampai dimanakah hasil belajar yang diinginkan tadi telah tercapai. Kita tidak akan dapat memberikan bimbingan yang baik dalam usaha belajar yang dilakukan oleh murid-murid kalau kita tidak memiliki alat untuk mengetahui kemajuan murid-murid dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan.[1]
Prinsip-prinsip evaluasi
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut yaitu: (1)prinsip keseluruhan, (2) prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip obyektivitas.
1.      prinsip keseluruhan, juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh da menyeluruh. Dengan kata lain evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai mahluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh menyeluruh akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2.      prinsip kesinambungan atau prinsip kontinuitas. Dengan prinsip kesinambungan dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu kewaktu. Dengan evaluasi yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal, maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat-sat mereka mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan pengajaran sebagaiman dirumuskan pada tujuan intruksional khusus (TIK) dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.  
3.      prinsip obyektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya subyektif. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator harus senantiasa berfikir dan bertindak wajar menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif.[2]
Teknik-teknik evaluasi
            Istilah tehnik-tehnik dapat diartikan sebagai ‘alat-alat”. Dalam istilah tehnik-tehnik hasil belajar terkandng arti “alat-alat (yang yang dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar. Dan dalam pembahasan kali ini kami hanya membatasi pada alat-alat evaluasi hasil belajar disekolah yang mana dikenal adanya dua macam tehnik, yaitu: tehnik tes dan tehnik non-tes.
Teknik tes
a)       Pengertian tes
            Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa prancis kuno “testum” yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”(maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan “test” yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa arab imtihan.
            Adapun dari segi istilah menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul psycologycal testing yang di maksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Menurut Lee J. cronbach dalam bukunya berjudul essential of psycologycal testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
            Dari definisi-definisi tersebut diatas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
b)       Fungsi tes
            Ada dua macam fungsi secara umum yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1.      Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Ditinjau dari fungsi tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam golongan yaitu: tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostic, tes formatif dan tes sumatif.
a)      Tes seleksi
Sering dikenal dengan istilah ujian saringan atau ujian masuk. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, tes perbuatan, dan dapat pula mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, sedangkan  mereka yang dipandang kurang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
b)      Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan pre-test.  Per-test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Tes awal dapat dapat dilaksanakan baik secara tertulis atau secara lisan. sebagai tindak lanjutnya adalah jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan sudah dikuasai oleh peserta didik, maka materi tersebut tidak akan diajarkan lagi, tapi jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik.
c)      Tes akhir (post test)
Tes ahir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini sama dengan naskah tes awal. Dengan cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir lebih baik , ataukah lebih jelek daripada hasil tes awal. Jika hasil tes akhir itu lebih baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dengan sebaik-baiknya.
d)      Tes diagnostic
Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui jenis kesukaran yang dihadapi itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan (theraphy) yang tepat. Tes ini juga bertujuan menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
Pertanyaan pada tes diagnostic umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami siswa. Tes jenis inidapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose= pemeriksaan), maka hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang diperiksa itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
e)      Tes formatif
Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui istilah formatif berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”. Tes formatif ini biasa dilaksanakan ditengah-tengah program pengajaran yaitu pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok pembahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Tes formatif ini dikenal dengan istilah “ulangan harian”. Materi dari tes ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes ini adalah: jika materi yang diteskan telah dikuasai dengan baik maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok pembahasan yang baru. Dan jika ada bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik. Maka tujuan dari tes formatif adalah untuk memperbaiki tingkat penguasaan peserta didik dan sekaligus juga untuk memperbaiki proses pembelajaran.
f)       Tes sumatif
Adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Disekolah tes ini dikenal dengan istilah “ulangan umum” atau EBTA (evaluasi belajar tahap akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif ini pada umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang telah diberikan selama satu caturwulan atau satu semester. Dengan demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif.
Tes sumatif ini dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh materi yang sama. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Sehingga dapat ditentukan:
_ kedudukan dari masing-masing peserta didik ditengah-tengah kelompoknya;
_dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya (yang lebih tinggi)
_kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan kepada pihak orang tua, petugas bimbingan dan konseling, lembaga pendidikannya, atau pasaran kerja, yang tertuang dalam bentuk rapor atau STTB.[3]
Teknik non-tes
Selain teknik tes, terdapat juga teknik yang lain yaitu, teknik non-tes. Yang merupakan teknik penilaian atau evaluasi belajar dilakukan tanpa menguji peserta didik. Melainkan dengan dilakukan dengan menggunakan pengamatan sistematis (observation), melakukan wawancara (inteview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memerikasa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengamati hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (effective domain), dan ranah keterampilan (psycomotoric domain), sedangkan teknik tes sebelumnya lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (gognitive domain),
1.      Pengamatan (observation / al–ta-ammul)
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[4] Atau dengan kata lain observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui proses pengamatan dan pendekatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki.[5]
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat di amati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang buatan. Observasi dapat mengukur dan menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru menyampaikan pelajaran dikelas, pada jam-jam istirahat, atau jam kosong dan lain sebagainya.[6]
Ada tiga macam jenis observasi yaitu:
a.       Observasi partisipasi, umumnya dipergunakan untuk penilaian yang bersifat eksplorasi. Suatu observasi disebut partisipasi bila observer turut mengambil bagian dalam kehidupan.
b.      Observasi sistematik, yaitu sebelum mengadakan observasi terlebih dahulu dibuat kerangka tentang berbagai factor dan ciri-ciri yang akan diobservasi.
c.       Observasi eksperimental yaitu suatu observasi yang memiliki cirri yaitu membuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laku tertentu, situasi ditimbulkan atau dibuat sengaja. [7]
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dengan mekalukan observasi itu disamping memiliki kelebihan, juga tidak lepas dari kekurangan. Diantara kelebihan yang dimiliki observasi ialah:
-          Data observasi diperoleh secara langsung dilapangan, sehingga dengan memiliki data tersebut dapat lebih bersifat obyektif  dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.
-          Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik, maka dalam pengolahanya tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.
Dan diantara kekurangan-kekurangnya adalah:
-          Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Untuk menghasilkan data observasi yang baik, seorang guru harus mampu membedakan atara apa yang tersurat dengan apa yang tersirat.
-          Kepribadian dari observer seringkali mewarnai atau menyelinap masuk kedalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
-          Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit luar”nya saja. Adapun apa yang sesungguhnya terjadi dibalik hasil pengamatan belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakuka observasi saja. Karena itu observasi harus didukung dengan cara-cara lainya misalnya wawancara.[8]
2.      Wawancara (interview)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secar sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
-          Wawancara terpimpin (guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan puhak-pihak yang diperlukan; misalnya wawancara dengan orang tua murid, peserta didik dan lain-lain, dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang yaitu dengan berpegang pada panduan wawancara (interview guide) yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari peserta didik, hal-hal yang disukai atau tidak disukai, cita-citanya,cara belajarnya dan lain sebagainya.
-          Wawancara tidak terpimpin (un- guided interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis, atau wawancara bebas.
Dalam wawancara bebas ini pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaannya tanpa dikendalikan oleh pedoman-pedoman tertentu.[9]
3.      Angket (questionnaire)
Angket adalah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, yang digunakan untuk mengubah berbagai keterangan yang langsung diberikan oleh responden. Angket sebagai alat pengumpul data mempunyai ciri khas yang yang membedakan dengan alat pengumpul data lainnya yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber yang berupa orang. [10]
Dengan menggunakan angket , pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik atau kepada orang tua mereka.pada umumnya tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan program pembelajaran.[11]
4.      Pemeriksaan dokumen (documentary analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (non tes) juga dapat dilengkapi dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi) seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agamanya, kedudukan anak dalam keluarga dan lain sebagainya.
Berbagai informasi mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi seperti contoh diatas dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kalinya diterima sebagai siswa disekolah yang dersangkutan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat berupa tes-tes hasil belajar.[12]
Daftar pustaka
·         Sujiono, Anas, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009)
·         Mulyadi, evaluasi pendidikan, (malang: UIN-Maliki Pres, 2010)
·         Nurkancana, Wayan dan PPN. Sunartana, evaluasi pendidikan, (Surabaya: usaha nasional)




[1] Wayan Nurkancana dan PPN. Sunartana, evaluasi pendidikan, (Surabaya: usaha nasional), hal:24
[2] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal:31-33
[3] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 65-73
[4] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 76
[5] Mulyadi, evaluasi pendidikan, (malang: UIN-Maliki Pres, 2010), hal: 61
[6] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 76

[7] Mulyadi, evaluasi pendidikan, (malang: UIN-Maliki Pres, 2010), hal: 61

[8] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 81-82

[9] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 82-84
[10] Mulyadi, evaluasi pendidikan, (malang: UIN-Maliki Pres, 2010), hal: 66
[11] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 84-85
[12] Anas Sujiono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: rajawali Pers, 2009), hal: 90-91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar